CARA MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI
A. Menentukan Lokasi Industri dengan
Peta
Menentukan
lokasi industri melalui peta, dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, kita
terlebih dahulu menentukan jenis industri apa yang akan dibangun, sehingga
menentukan siapa pangsa pasarnya, apa bahan bakunya, berapa tenaga kerja baik
tenaga ahli atau tenaga kasar yang dibutuhkan serta kemana akan
dipasarkan hasil produksinya. Kedua,
menentukan lokasi industri diawali dengan analisis peta, baik peta dasar maupun
peta tematik. Selanjutnya, memilih salah satu lokasi industri berdasarkan pada
teori. kemudian menentukan jenis industry yang akan didirikan.
Setelah
ditentukan jenis industri yang akan dibangun, maka hal-hal yang harus dilakukan
selanjutnya adalah analisis peta dasar dan pemetaan tematik, kemudian
dilanjutkan dengan overlay (tumpang susun) peta yang telah dibuat. Kemudian
dibahas berdasarkan teori-teori lokasi industri.
a. Analisis Peta Topografi
Peta dasar yang dijadikan analisis
adalah peta rupa bumi yaitu peta dasar berupa peta rupa bumi yang diterbitkan
oleh BAKOSURTANAL. Kemudian identifikasi morfologi daerah yang akan dijadikan
lokasi industri dengan cara
mengidentifikasi garis konturnya
serta pengecekan lapangan. Hasilnya berupa peta bentang lahan atau peta
geomorfologi. Kemudian peta jaringan jalan dan drainase (aliran sungai) dibuat
langsung dengan menjiplak dari kenampakan peta rupa bumi yang ada.
Kondisi-kondisi ini sangat berkaitan dengan kondisi relief yang akan
berpengaruh pada aktivitas manusia dalam perindustrian.
b. Pemetaan Tematik
Pemetaan tematik dilakukan pada
variabel-variabel yang dibutuhkan sebagai data dalam perindustrian. Beberapa
peta yang harus dibuat diantaranya adalah peta bahan baku, peta penduduk, peta
sumber energi, dan peta cuaca.
1). Pemetaan Bahan Mentah dan Bahan
Baku
Pemetaan bahan mentah dan bahan baku
untuk industri sangatlah penting terutama industri yang berorientasi pada bahan
mentah seperti industri pertambangan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemetaan bahan mentah dan bahan baku diantaranya adalah sebagai berikut.
a) Tipe atau jenis bahan mentah dan
bahan baku
b) Jumlah dan kualitas bahan mentah
dan bahan baku.
c) Persebaran asal bahan mentah dan
bahan baku.
d) Potensi bahan mentah dan bahan
baku untuk masa yang akan datang
Adapun bahan baku ditinjau dari
asalnya dibedakan menjadi empat macam.
a) Bahan baku berasal dari pertanian
(pertanian bahan pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, hasil hutan budi
daya).
b) Bahan baku berasal dari alam yang meliputi
flora dan fauna. Bahan baku yang berasal dari flora dan fauna adalah hasil dari
tumbuh-tumbuhan yang umumnya terdapat di hutan, semak dan belukar. Bahan baku
yang berada dari fauna diperoleh baik dari binatang darat, binatang air tawar
maupun binatang air laut.
c) Bahan baku yang berasal dari bahan
galian atau pertambangan, seperti emas, perak, tembaga, timah, besi, minyak dan
gas bumi, batubara dan panas bumi.
d) Bahan baku yang berasal dari bahan
setengah jadi yang kedudukannya merupakan barang hasil olahan industri
manufaktur hulu atau barang lain yang dianggap sebagai bahan baku dari industri
manufaktur hilir. Barang ini dapat berupa suku cadang, atau kain untuk industri
pakaian dan semen untuk industri tegel.
2). Pemetaan Penduduk
Pemetaan penduduk di area dan
wilayah sekitarnya yang akan dibangun industri sangat dibutuhkan. Hal ini akan
bermanfaat ganda, yaitu sebagai data untuk tenaga kerja dan sekaligus sebagai
konsumen yang menjadi pangsa pasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemetaan penduduk adalah sebagai berikut.
a) Persebaran penduduk yang meliputi
jumlah, jenis kelamin, dan umur.
b)
Pendapatan
meliputi jumlah, distribusi, pertumbuhan dan elastisitas permintaan
barang-barang tertentu.
c)
Karakteristik
konsumen (sifat pemboros atau hidup).
d)
Mata
pencaharian
3). Pemetaan Unsur-Unsur Iklim
Iklim di Indonesia merupakan iklim
tropis, sehingga yang perlu dipetakan adalah peta tematik yang bersifat
dinamisnya dari unsur iklim, yaitu seperti curah hujan dan pergantian musimnya.
Sehingga dari peta ini kita dapat mengetahui kapan waktu pengoptimalan proses
produksi dan kapan kita harus berhati-hati terhadap gejala alam yang
terjadi.Setelah dibuat peta geomorfologi, peta jaringan jalan, peta penduduk
yang menjadi konsumen dan peta sumber bahan baku, maka akan dilakukan tumpang
susun ( overlay) peta-peta yang ada. Kemudian dipilihlah lokasi-lokasi yang
strategis artinya lokasi itu memiliki atau memberikan pilihan-pilihan yang
menguntungkan dari sejumlah akses yang ada. Semakin strategis suatu lokasi
untuk kegiatan industri, berarti akan semakin besar peluang untuk meraih
keuntungannya, sehingga industri tersebut akan berkembang
Teori-teori
tentang lokasi industri dengan memperhatikan faktor-faktor di atas, diantaranya
adalah sebagai berikut.
1) Teori Lokasi Industri (Theory of
Industrial Location)
Pada teori
ini, penentuan suatu lokasi industri harus mempertimbangkan risiko biaya atau
ongkos paling minimal. Teori ini secara penuh dapat terbukti jika memenuhi
persyaratan seb-agai berikut.
a) Wilayah rencana penempatan lokasi
industri memiliki topografi yang seragam, iklim, dan penduduknya juga relatif
homogen.
b) Ketersediaan sumber daya atau bahan
mentah yang memadai.
c) Upah tenaga kerja diatur berdasarkan
ketentuan tertentu semacam Upah Minimum Regional (UMR).
d) Biaya angkut ditentukan oleh bobot
bahan yang diangkut dan jarak.
e) Terdapat persaingan antar kegiatan
industri.
f) Manusia yang ada di daerah tersebut
masih berfikir rasional.
Rumus teori lokasi industri dari
Alfred Weberdapat digunakan jika persyaratan tersebut terpenuhi. Dalam
analisisnya, Weber menggunakan tiga faktor atau variabel tertentu, yaitu titik
material, titik konsumsi, dan titik tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut diukur
dengan ekuivalensi ongkos transport.Dalam merealisasikannya, dengan
memperitungkan ketiga faktor tersebut di atas, maka dibuatlah beberapa asumsi,
yaitu jika hanya tersedia suatu jenis alat transportasi, lokasi pabrik hanya
ada disuatu tempat, ada beberapa macam bahan mentah dengan sumber yang berasal
dari beberapa tempat, maka ongkos dan transportasi akan bergantung pada dua hal
pokok, yaitu bobot barang dan jarak. Berdasarkan teori Weber tersebut, dapat
digambarkan dengan segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri.
2. Teori Lokasi Industri Optimal dari Losch
Dalam teori ini, yang dijadikan
dasar adalah faktor permintaan (demand
). Diasumsikan bahwa lokasi optimal
dari suatu pabrik atau industri adalah seseorang dapat menguasai wilayah
pemasaran yang luas sehingga dapat dihasilkanpendapatan paling banyak.Losch mengasumsikan
bahwa pada suatu permukaan lahan yang datar dan homogen, jika disuplai oleh
pusat (industri),
volume penjualan akan membentuk
kerucut. Semakin jauh dari pusat industri, semakin berkurang volume penjualan
barang karena harganya semakin tinggi, akibat dari naiknya ongkos transportasi.
Berdasarkan teori ini setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat
menguasai wilayah pasar seluas-luasnya. Di samping itu, ia tidak mau jika
wilayah pasarannya akan terjadi tumpang tindih dengan wilayah pemasaran milik
pabrik lain yang menghasilkan barang yang
sama sehingga akan mengurangi
pendapatannya. Oleh karena itu, ia akan mendirikan pabrik-pabrik secara merata
dan saling bersambungan sehingga berbentuk heksagonal.
3. Teori Susut dan Ongkos Transportasi
(Theori of Weight Loss and Transport ost
Teori ini mengemukakan bagaimana
hubungan antara faktor susut dan ongkos transportasi dengan melihat
kecenderungan lokasi industri, yaitu mengkaji kemungkinan penempatan industri
di tempat yang paling menguntungkan secara ekonomi. Kecenderungan yang timbul
dari beberapa kasus teori ini, yaitu:
a. Makin besar angka rasio susut
dalam pengolahan, makin
besar kecenderungan penempatan
industri di daerah sum-
ber bahan mentah, dengan catatan
faktor lainnya sama.
b. Makin besar perbedaan ongkos
transport antara bahan
mentah dan barang jadi, makin besar
kecenderungan
daerah pemasaran dipilih sebagai
lokasi industri. Artinya,
biaya transportasi produk ke daerah
pemasaran lebih ren-
dah bila dibandingkan dengan biaya
angkut bahan men-
tah (bahan baku).
Dari teori-teori tersebut, dapat
disimpulkan bahwa dalam
penempatan lokasi industri, jenis
industri akan berhubungan
dengan sumber daya alam sebagai
bahan baku, pangsa
pasar, tenaga kerja dan
transportasi. Selain itu yang menjadi
pertimbangan lainnya adalah budaya
masyarakat sekitar
dan kebijakan pemerintahnya demi
keberlangsungan suatu
industri, dan lokasi serta
pengolahan limbah industri.